Melacak Hegomoni Sosial “Wawasan Mendalam Dari Tan Malaka”

Nasional — Pemikiran revolusioner Tan Malaka, salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia yang paling berpengaruh, kembali relevan melalui karyanya yang kurang dikenal, Hegemoni Sosial. Buku ini, yang ditulis dengan analisis tajam, menawarkan kerangka teoretis untuk memahami bagaimana kekuasaan dan ideologi bekerja dalam masyarakat.

Inti dari buku ini adalah eksplorasi konsep hegemoni, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh filsuf Italia Antonio Gramsci. Namun, Tan Malaka memberikan sentuhan unik dengan menempatkannya dalam konteks sosial dan politik Asia, khususnya Indonesia. Menurutnya, hegemoni adalah dominasi yang tidak hanya dicapai melalui paksaan fisik atau kekuasaan militer, tetapi juga melalui persetujuan sukarela dari massa. Ini dicapai ketika kelas dominan berhasil menyebarkan ideologi dan nilai-nilai mereka sehingga masyarakat secara luas menerima dan menganggapnya sebagai “akal sehat” atau “normal.”

Implikasi dan Relevansi untuk Masa KiniDalam Hegemoni Sosial, Tan Malaka membedakan antara kekuasaan paksa (koersif) dan kekuasaan konsensual (hegemonik). Ia berpendapat bahwa kekuasaan yang sesungguhnya stabil adalah yang mampu membangun hegemoni. Artinya, sebuah rezim atau kelas penguasa tidak akan bertahan lama jika hanya mengandalkan represi. Mereka harus mampu mengendalikan narasi, budaya, dan institusi sosial untuk mempertahankan kekuasaan secara berkelanjutan.

Buku ini juga memberikan kritik mendalam terhadap feodalisme dan kolonialisme, menunjukkan bagaimana keduanya menggunakan hegemoni untuk menindas rakyat. Feodalisme, misalnya, menciptakan hierarki sosial yang dianggap sebagai “takdir,” sementara kolonialisme mengimpor ideologi rasial dan superioritas yang membenarkan eksploitasi.

Pesan abadi Tan Malaka tentang Hegemoni Sosial bukanlah sekadar teks sejarah, ia adalah alat analisis yang kuat untuk memahami berbagai dinamika kekuasaan di era modern. Mulai dari dominasi ekonomi global, pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik, hingga perang narasi politik, semua dapat dianalisis menggunakan lensa hegemoni yang ditawarkan Tan Malaka.

Karya ini mengingatkan kita bahwa perubahan sosial yang sejati tidak hanya memerlukan perebutan kekuasaan politik, tetapi juga perjuangan ideologis dan budaya. Untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, kita harus terlebih dahulu mengkritisi dan menantang hegemoni yang ada, lalu membangun hegemoni tandingan yang berlandaskan pada nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Meskipun buku ini ditulis beberapa dekade lalu, pesannya tetap relevan, kekuasaan bukan hanya tentang senjata dan hukum, melainkan juga tentang ide, narasi, dan konsensus yang kita bangun bersama. (DH)

Categories: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *